Sejarah Perkembangan Euclid
Sejarah Perkembangan Euclid
1. Geometri
Euchild
Euclid dapat disebut sebagai matematikawan utama. Dia
dikenal karena peninggalannya berupa karya matematika yang dituang dalam buku The Elements sangatlah
monumental. Buah pikir yang dituangkan ke dalam buku tersebut membuat
Euclid dianggap sebagai guru matematika sepanjang masa dan matematikawan terbesar Yunani.Banyak teorema-teorema yang dijabarkannya merupakan
hasil karya pemikir-pemikir sebelumnya, termasuk Thales, Hipokrates, dan Pythagoras dalam buku The Elements. Akan tetapi, secara umum Euchild dihargai karena telah menyusun
teorema-teorema ini secara logis, agar dapat ditunjukkan ( tak dapat di
sangkal, tidak selalu dengan bukti teliti seperti yang dituntut matematika
modern) bahwa cukup mengikuti lima aksioma sederhana.
Buku The Elements
sudah merupakan buku pegangan baku lebih dari 2000 tahun dan merupakan textbook
yang paling sukses yang pernah disusun manusia.Sebagai alat pelatih logika
pikiran manusia, buku The Elements
jauh lebih berpengaruh ketimbang semua risalah Aristoteles tentang logika. The Element diawali dengan
definisi, postulat (hanya untuk buku I), proposisi, teorema, sebelum
ditutup dengan pembuktian menggunakan definisi dan postulat yang sudah
disebutkan. Buku ini diterbitkan di Yunani tahun 1482, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan Arab, serta menjadi buku teks geometri dan logika pada awal tahun
1700-an.Garis besar isi
masing-masing buku tersebut adalah sebagai berikut:
- Buku I : Dasar-dasar
geometri: Teori segitiga, sejajar, dan luas,
menguraikan proposisi-prosisi dasar dari geometri bidang datar, termasuk tiga
kasus dalam hal kekongkruenan segitiga, macam-macam teorema tentang garis-garis
sejajar, teorema mengenai jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga dan teorema
phytagoras.
- Buku II : Aljabar
geometri,
kebanyakan teoremanya tidak lebih tentamg penafsiran aljabar sederhana.
- Buku III : Teori-teori tentang
lingkaran, menyelidiki lingkaran dan
sifat-sifatnya, dan termasuk teorema tentang tangent dan sudut-sudut yang
digambarkan.
- Buku IV : Cara
membuat garis dan gambar melengkung, terkait segibanya beraturan dan lingkaran-lingkaran yang mengelilinginya.
- BukuV : Teori tentang
proporsi-proporsi abstrak, mengembangkan
teori aritematika tentang perbandingan.
- Buku VI : Bentuk yang sama dan
proporsi-proporsi dalam geometri, menerapkan teori perbandingan kepada geometri
bidang datar, dan memuat teorema-teorema bilangan kembar.
- Buku VII :
Dasar-dasar teori angka, menguraikan teori bilangan dasar: misalnya bilangan prima.
- Buku VIII :
Proporsi-proporsi lanjutan dalam teori angka, terkait dengan deret geometri.
- Buku IX : Teori angka, memuat macam-macam aplikasi dari hasil dua buku sebelumnya,dan memuat
teorema-teorema ketakterhinggaan bilangan prima, maupun rumus jumlah deret
geometri.
- Buku X :
Klasifikasi,
berusaha menggolongkan besaran yang tak dapat dibbandingkan (dengan kata lain
irasional) menggunakan apa yang disebut “metode keletihan” , suatu rintisan
integral kuno.
- Buku XI : Geometri tiga dimensi, menghitung volume relatif dari kerucut, piramida, tabung, dan bola
menggunakan metode keletihan.
- Buku XII : Mengukur bentuk-bentuk
- Buku XIII :
Bentuk-bentuk tri-matra (tiga dimensi), meneliti apa yang biasa disebut lima benda
padat platonis.
Euclid mencetuskan 5 postulat yang kemudian menjadi pokok
bahasan. Agar tidak terjadi salah interpretasi, postulat kelima juga disajikan
dalam bahasa Inggris. Hal ini disengaja, karena munculnya geometri
non-Euclidian (yang dirintis oleh Gauss),
yang diawali dengan menganggap postulat kelima salah total. Adapun Euchild memberikan lima postulat (aksiom) :
1.
Apa-apa dua titik
boleh dihubungkan dengan satu garis lurus.
2.
Apa-apa tembereng garis lurus boleh
dipanjangkan di dalam satu garis lurus.
3.
Satu bulatan boleh dilukis
dengan menggunakan satu garis lurus sebagai jejaridan satu lagi
titik hujung sebagai pusat.
5.
Postulat selari. Jika dua garis bersilangan dengan
yang ketiga dalam satu cara yang jumlah sudut dalaman adalah kurang daripada
satu lagi, maka dua garis ini mesti bersilangan di atas satu sama lain
sekiranya dipanjangkan secukupnya.
Aksiom-aksiom
ini menggunakan konsep-konsep berikut: titik, tembereng garis lurus dan garis,
sebagian daripada satu garis, bularan dengan jejari dan pusat, sudut serenjang,
kongruen, sudut-sudut dalaman dan serenjang, jumlah. Kata-kata kerja yang
berikut muncul: sambung, dipanjangkan, lukis, silang. Bulatan ini digambarkan
dengan menggunakan postulat 3 adalah sangat unik. Postulat-postulat 3 dan 5
hanya boleh digunakan untuk geometri satah; dalam tiga dimensi, postulat 3
mentakrifkan suatu bulatan.
Satu bukti daripada
buku Euclid "Elements" bahwa apabila diberikan satu tembereng garis,
satu segitiga sama wujud termasuklah tembereng sebagai salah satu daripada tiga
sisi. Buktinya adalah dengan cara binaan: Satu segitiga sama ΑΒΓ dibuat dengan
melukis bulatan Δ dan Ε berpusat pada titik-titik Α dan Β, dan dengan mengambil
satu persilangan bulatan sebagai puncak sudut ketiga bagi segitiga tersebut. Postulat
5 membawa kepada geometri yang sama sebagai penyataan yang berikut, dikenali
sebagai Aksiom Playfair, yang hanya boleh dipegang hanya
konsep di dalam itu: “Menerusi satu
titik yang tidak terletak di atas satu garis lurus, hanya satu saja garis yang
boleh dilukis tidak akan bertemu garis yang diberi.”
Postulat-postulat
1, 2, 3, dan 5 menegaskan bahwa kewujudan dan keunikan rajah-rajah geometri,
dan penegasan ini adalah satu binaan semula jadi, kita tidak
diberitahu bahwa ada perkara tertentu wujud, tetapi kaidah-kaidah diberi
untuk mencipta dengan tidak lebih daripada satu kompas dan satu pinggiran lurus
yang tidak bertanda. Dalam ini, geometri Euclid adalah lebih konkrit
daripada kebanyakan sistem-sistem aksiom moden seperti teori set, yang mana
kebiasaannya menegaskan kewujudan objek-objek tanpa mengatakan bagaimana untuk
membina mereka, atau menegaskan kewujudan objek-objek yang tidak boleh dibina
di dalam ruang teori berkenaan.
Sebenarnya,
binaan-binaan garis di atas kertas dan sebagainya adalah model-model objek yang lebih baik ditakrifkan di
dalam sistem formal, daripada hanya contoh-contoh objek berkenaan. Sebagai
contoh, satu garis lurus Euclid tidak mempunyai lebar, tetapi apa-apa garis
yang benar akan menjadi lebar. Elements juga memasukkan lima “notasi biasa”, yaitu :
1. Perkara yang
sama dengan benda yang sama tetapi juga setara antara satu sama lain.
2. Jika setara
ditambahkan kepada persamaan, maka jumlah keseluruhan juga adalah setara.
3. Jika setara
ditolak daripada persamaan, maka akibatnya juga adalah
setara.
4. Perkara yang
bertembung di antara satu sama lain juga setara antara satu sama lain “that coincide with one another equal one another.”
5.
Jumlah keseluruhan juga lebih besar
daripada bagian berkenaan.
Euclid juga menggunakan sifat-sifat
lain yang berkaitan dengan magnitud. 1 adalah satu-satunya bahagian
daripada dasar logik yang Euclid lahirkan dengan terang dan jelas. 2 dan 3
adalah prinsip-prinsip "aritmetik"; perhatikan bahawa makna-makna
"tambah" dan "tolak" di dalam konteks geometri asli ini
telah diberi sama seperti diambil. 1 hingga 4 secara takrifan mempunyai persamaan, yang mana boleh juga diambil sebagai
bahagian pendasaran logik atau sebagai satu keperluan hubungan kesetaraan , seperti
"pertembungan," definisi yang sangat teliti. 5 adalah satu prinsip mereologi. "Keseluruhan",
"sebahagian", dan "baki" memerlukan takrifan yang tepat.
2. Struktur Geometri Euclid
Asumsi atau postulat yang ada untuk
geometri bidang Euclid adalah :
1.
Sesuatu akan sama dengan sesuatu atau
sesuatu yang sama akan sama satu sama lainnya.
2.
Jika kesamaan ditambahkan dengan
kesamaan, maka jumlahnya akan sama.
3.
Jika kesamaan dikurangi dari kesamaan,
selisihnya akan sama.
4.
Keseluruhan akan lebih besar dari pada
bagiannya.
5.
Bangun geometrik dapat dipindahkan tanpa
mengubah ukuran atau bentuknya.
6.
Setiap sudut memiliki bisektor.
7.
Setiap segmen memiliki titik tengah.
8.
Dua titik hanya berada pada
satu-satunya garis.
9.
Sembarang segmen
dapat diperluas oleh suatu segmen yang sama dengan segmen yang diberikan.
10.
Lingkaran dapat digambarkan dengan
sebarang titik pusat dan radius yang diketahui.
11.
Semua sudut siku-siku sama besar.
Dari
postulat-postulat di atas dapat dideduksi sejumlah teorema dasar, diantaranya
adalah :
1.
Sudut bertolak belakang sama besar.
2.
Sifat kongruensi segitiga (si-sd-si,
sd-si-sd, si-si-si).
3.
Teorema kesamaan sudut dasar segita
sama kaki dan konversinya.
4.
Eksistensi garis yang tegak lurus pada
garis pada titik dari garis tersebut.
5.
Eksistensi garis yang tegak lurus pada
garis yang melalui titik eksternal.
6.
Pembuktian suatu sudut yang sama dengan
sudut dengan titik sudut dan sisi yan telah diberikan sebelumnya.
7.
Pembentukan segitiga yang kongkruen
dengan segitiga dengan sisi yang sama pada sisi segitiga yang diketahui.
Sekarang akan dibuktikan teorema sudut
eksterior, sebagai cara menuju perkembangan lebih lanjut.
Teorema 1. Teorema sudut
eksterior. Sudut eksterior segitiga akan lebih besar daripada sudut interior
terpencil manapun.
Bukti. Misal ABC
adalah segitiga sembarang dan misalkan D merupakan perpanjangan dari
melalui C. Pertama
akan ditunjukkan bahwa sudut eksterior
lebih besar dari
. Misalkan E merupakan titik tengah AC, dan misalkan BE
merupakan perluasan panjangnya melalui E hingga F. Maka AE=EC=BE=EF dan
(sudut bertolak
belakang sama besar). Jadi
(si-su-si), dan
(akibat segitiga
kongkruen). Karena
(keseluruhan sudut
selalu lebih besar dari bagiannya), maka disimpulkan bahwa
.
Untuk
menunjukkan bahwa
, perluas
melalui C hingga
H, yang membentuk
. Kemudian tunjukkan bahwa
, dengan menggunakan prosedur bagian pertama pembuktian:
misalkan M merupakan titik tengah
, perluas panjang
, dan lain-lain. Untuk melengkapi bukti, perhatikan bahwa
merupakan sudut
bertolak belakang sehingga sudut tersebut sama besar. Pernyataan
bergantung pada
diagramnya. Sekarang mudah melakukan pembuktian beberapa hasil yang cukup
penting.
Teorema 2. Jika dua garis
dibagi oleh garis transversal sehingga membentuk pasangan sudut interior dalam
bersebrangan, maka garis tersebut sejajar.
Bukti. Ingat kembali bahwa dua garis dalam bidang yang sama dikatakan sejajar
jika garis tersebut tidak tertentu (berpotongan). Misalkan garis transversal
membagi dua garis l, m pada titik A,B sehingga membentuk
pasangan sudut interior dalam berseberangan, ∠1 dan ∠2,
yang sama besar, dan misalkan garis l dan
garis m tidak sejajar. Maka garis l dan garis m akan bertemu di titik C yang membentuk ∆ABC. C terletak pada satu
sisi AB atau pada sisi yang lainnya.
Untuk kasus lainnya, sudut eksterior ∆ ABC sama dengan sudut interior
terpencil. (misalkan, jika C pada sisi AB yang sama sebagai ∠2 maka sudut eksterior ∠1 sama dengan sudut interior
terpencil ∠2 ). Hal ini
kontradiksi dengan teorema sebelumnya. Oleh karena itu garis l dan garis m sejajar.
· Akibat 1. Dua garis tegak lurus
terhadap garis yang sama pasti sejajar.
· Akibat 2. Hanya ada satu garis yang
tegak lurus terhadap garis melalui titik eksternal.
·
Akibat 3. (Eksistensi garis sejajar). Jika titik P tidak berada pada garis l, maka akan ada setidaknya satu garis yang melalui P yang sejajar dengan l.
Akibat 3. (Eksistensi garis sejajar). Jika titik P tidak berada pada garis l, maka akan ada setidaknya satu garis yang melalui P yang sejajar dengan l.
Bukti. Dari P
hilangkan garis tegak lurus pada garis l yang
memiliki kaki di Q, dan di P buat garis m
yang tegak lurus terhadap PQ. Maka garis m sejajar dengan garis l menurut
akibat 1.
Teorema 3. Jumlah dua sudut segitiga
kurang dari 180o.
Bukti. Misalkan ∆ABC merupakan
sebarang segitiga. Akan ditunjukkan bahwa ∠A + ∠B < 180o. Perluas CB melalui B hingga ke D. maka ∠ABD merupakan sudut
eksterior ∆ABC. Dengan menggunakan teorema 1,
∠ABD >∠A, tetapi ∠ABD
= 180o - ∠B.dengan mensubstitusikan
untuk ∠ABD pada relasi
pertama, maka : 180o - ∠B > ∠A, atau 180o > ∠A + ∠B.
Jadi, ∠A + ∠B < 180o, dan teorema tersebut terbukti.
2.
Pengganti
Postulat Sejajar Euclid
Postulat
sejajar Euclid biasanya digantikan oleh pernyataan berikut ini :
“Hanya ada satu garis sejajar pada garis yang melalui
titik bukan pada garis tersebut.”
Pernyatan ini disebut dengan postulat Playfair. Postulat ini
bisa dihubungkan dengan postulat sejajar Euclid karena sebenarnya dua
pernyataan ini tidak sama. Pernyataan sebelumnya merupakan pernyataan tentang
garis sejajar, dan pernyataan kedua mengenai garis bertemu. Bahkan kedua
pernyataan tersebut memainkan peran yang sama dalam perkembangan logis
geometri. Dikatakan pernyataan ini ekivalen secara logis. Hal ini berarti bahwa
jika pernyataan pertama dianggap sebagai
postulat (bersama dengan semua postulat Euclid kecuali postulat sejajar),
kemudian pernyataan kedua dapat dideduksi sebagai teorema; dan konversinya,
jika pernyataan kedua dianggap sebagai postulat (bersama dengan semua postulat
Euclid kecuali postulat sejajar), maka pernyataan pertama dapat dideduksi sebagai teorema. Jadi secara logis, tidak penting
dua pernyataan mana yang akan diasumsikan sebagai postulat dan yang mana yang
akan dideduksi sebagai suatu teorema.
3. Ekivalensi
Postulat Euclid dan Playfair
Akan dibuktikan ekivalensi postulat Euclid dan postulat
Playfair. Pertama, dengan
mengasumsikan postulat sejajar Euclid, maka akan dideduksi postulat Playfair.
Diketahui garis l dan
titik P tidak pada l (gambar 2.5),
maka akan ditunjukkan bahwa hanya ada satu garis melalui P yang tidak pada l. diketahui bahwa ada garis melalui P
yang sejajar dengan l, dan diketahui
juga bagaimana cara menggambarnya (akibat 3,teorema 2). Dari P, dihilangkan
garis tegak lurus pada l dengan
kaki Q dan pada
P garis
tegak m yang
tegak
lurus pada
. Maka garis m sejajar
garis l.
Kemudian misalkan garis n
sebarang garis melalui P yang berbeda dengan garis m. maka akan ditunjukkan bahwa garis n bertemu dengan garis l.
Misalkan
∠1,
∠2 menunjukkan sudut dimana garis n bertemu dengan 𝑃
. Maka ∠1 bukan
merupakan sudut siku-siku untuk sebaliknya garis n dan garis m berimpit,
berlawanan dengan asumsi. Jadi ∠1 atau ∠2
adalah sudut lancip, misalnya ∠1 yang merupakan sudut lancip.
Ringkasannya, garis l dan
garis n dibagi oleh garis transversal
sehingga membentuk sudut lancip ∠1
dan sudut siku – siku, yang merupakan sudut interior pada sisi yang sama dari
garis transversal tersebut. Karena jumlah sudut tersebut kurang dari 180o, postulat sejajar Euclid
dapat diaplikasikan dan disimpulkan bahwa garis n bertemu dengan garis l.
Jadi garis m hanya satu – satunya
garis yang melalui P yang sejajar
dengan garis l dan dideduksikan bahwa
postulat Playfair dari postulat sejajar Euclid.
Sekarang dengan mengasumsikan postulat Playfair, akan dideduksi
postulat sejajar Euclid.
Misalkan garis m dibagi
oleh garis transversal dititik Q, P yang membentuk ∠1 dan ∠2,
pasangan sudut interior pada satu sisi garis transversal yang memiliki jumlah
sudut kurang dari 180o (
gambar 2.6 ), adalah :
(1) ∠1
+ ∠2
= 180o
Misalkan ∠3 menunjukkan
tambahan ∠1
yang terletak pada
sisi berlawanan
dari ∠1 dan ∠2 ( gambar 2.6 ),
maka
:
(2) ∠1
+ ∠3
= 180o
Dari hubungan (1), (2) maka :
(3) ∠2
< ∠3
Pada titik P, bentuk ∠QPR yang sama dengan dan yang
interior dalam berseberangan dengan
∠3. Maka ∠2
< ∠PQR, sehingga
berbeda
dari garis m. menurut
teorema
2,
sejajar dengan
l. Karenanya menurut postulat Playfair, m tidak sejajar dengan l. Oleh karena itu, garis m dan l bertemu.
Seandainya
garis-garis
tersebut bertemu di
sisi berlawanan dari
dari ∠1 dan ∠2,
katakanlah di titik E maka ∠2
merupakan sudut eksterior ΔPQE, karenanya ∠2 > ∠3
, berlawanan dengan (3). Akibatnya, pengandaian tadi salah, jadi garis m dan l bertemu pada
sisi garis transversal
yang memuat
∠1 dan ∠2. Jadi, postulat sejajar Euclid mengikuti
postulat Playfair dan akibatnya dua postulat tersebut menjadi ekivalen.
4.
Peran Postulat
Sejajar Euclid
Dengan
mengasumsikan postulat sejajar Euclid berikut ini merupakan beberapa hasil
penting yang dapat dibenarkan :
1.
Jika dua garis
sejajar dibagi oleh garis transversal, sebarang pasangan sudut interior dalam
berseberangan yang terbentuk akan sama besar.
2.
Jumlah sudut
sebarang segitiga adalah 180°.
3.
Sisi bertolak
belakang dari jajaran genjang adalah sama besar.
4.
Garis sejajar
selalu berjarak sama.
5.
Eksistensi segi
empat dan bujur sangkar.
6.
Teori luas
menggunakan unit persegi.
7.
Teori segitiga
yang sama, yang termasuk eksistensi bangun dengan ukuran sebarang yang sama
dengan bangun yang diketahui.
Postulat sejajar Euclid merupakan sumber untuk banyak hasil
yang sangat penting. Tanpa postulat tersebut (atau ekivalennya), kita tidak
akan memiliki teori luas yang sudah lama dikenal, teori kesamaan, dan teori
Pythagoras yang terkenal itu.
Cara dimana Euclid mengatur teoremanya mengimplikasikan bahwa
sesungguhnya Euclid tidak sepenuhnya puas dengan postulat sejajarnya. Euclid
manyatakan hal tersebut di awal karjanya tetapi pernyataan itu tidak dipakainya
sampai akhirnya dia tidak dapat malakukan kemajuan tanpa postulat tersebut.
Agaknya, Euclid memiliki intuisi bahwa postulat sejajar tersebut tidak memiliki
kualitas intuitif ataupun sederhana dari postulat lainnya. Rasa yang demikian
dilakukan oleh para ahli geometri dalam selama 20 abad. Para ahli mencoba
mendeduksi postulat sejajar dari postulat lainnya, atau menggantikan postulat
tersebut dengan postulat yang nampaknya lebih pasti.
5.
Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Euclid
Geometry
a.
Bukti Proclus tentang Postulat Sejajar Euclid
Prolus
(410-485) memberikan “bukti” tentang postulat sejajar Euclid yang kita ringkas
sebagai berikut :
Kita
asumsikan postulat Euclid bukan sebagai postulat sejajar. Misalkan P merupakan
titik tidak berada pada garis l (gambar
2.7). kita bentuk garis m melalui P sejajar dengan garis l dengan cara yang biasa digunakan. Misalkan
tegak lurus dengan l di Q, dan misalkan m tegak lurus dengan
di P. Sekarang, anggaplah ada garis lain n melalui P yang yang sejajar dengan l, maka n membentuk sudut lancip dengan garis PQ, yang terletak katakanlah
pada sisi kanan
. Bagian dari n di sebelah kanan titik P seluruhnya
termuat dalam daerah yang dibatasi oleh garis l, m dan
. Sekarang dimisalkan X adalah sebarang titik di m
yang letaknya di sebelah kanan titik P, misalkan
tegak
lurus dengan l di Y dan misalkan garis
tersebut bertemu
dengan
garis n di Z. Maka
>
. Misalkan X mundur di
garis m, maka
meningkat
secara tidak menentu, karena
setidaknya
sama besarnya dengan segmen dari X yang tegak lurus dengan n.
Jadi juga meningkat secara tidak menentu. Tetapi jarak antara dua garis sejajar harus terbatas. Oleh karena itu, akan menjadi kontradiksi dan pengandaian salah. Jadi, m hanya merupakan satu-satunya garis yang melalui P yang sejajar dengan garis l. Karenanya, postulat Playfair berlaku, dan juga ekivalen dengan postulat sejajar Euclid.
Argumen Prolus
tersebut mencakup 3 asumsi :
a.
Jika dua garis
saling berpotongan, jarak pada suatu garis dari satu titik ke garis lainnya
akan meningkat secara tak menentu, karena titik tersebut mundur (menyusut) tak berujung.
b.
segmen terpendek yang menghubungkan titik eksternal
pada suatu garis merupakan segmen yang tegak
lurus.
c.
jarak antara dua garis sejajar adalah terbatas.
(a)
dan
(b) dapat dibenarkan tanpa bantuan postulat sejajar Euclid. Jadi inti persoalan
pembuktian adalah asumsi (c). Proclus mengasumsikan (c) sebagai postulat
tambahan. Mari kita sebut sebagai postulat asumsi Proclus tersembunyi. Kemudian
bisa dinyatakan: postulat Proclus ekivalen dengan postulat sejajar Proclus.
Postulat sejajar Euclid mengimplikasikan bahwa jarak antara garis sejajar
selalu konstan, dan terbatas. Konversinya, melalui argumen Proclus dapat
dinyatakan bahwa postulat Proclus mengimplikasikan postulat sejajar Euclid. Jadi,
Proclus menggantikan postulat sejajar dengan postulat yang ekivalen, dan bukan
menetapkan validitas postulat sejajar tersebut.
b.
Percobaan Saccheri untuk Mempertahankan Postulat Euclid
Girolamo Saccheri (1667-1733) melakukan studi yang
mendalam tentang geometri dalam buku yang berjudul Euclides Vindicatus, yang diterbitkan di tahun saat kematiannya.
Beliau melakukan pendekatan terhadap permasalahan pembuktian postulat sejajar
Euclid dengan cara baru yang radikal. Prosedurnya ekivalen dengan mengasumsikan
bahwa postulat sejajar Euclid salah, dan menemukan kontradiksi dengan penalaran
logis. Hal ini akan mensahkan postulat sejajar dengan menggunakan prinsip
metode tak langsung.
Maksud Saccheri adalah studi segi empat yang memiliki
sisi yang sama panjang dan tegak lurus dengan sisi ketiga. Tanpa mengasumsikan
sebarang postulat sejajar, beliau melakukan studi mendalam tentang segi empat
tersebut yang sekarang disebut dengan segi empat Saccheri. Misalkan ABCD
merupakan segi empat Saccheri dengan AD = BC dan sudut siku-siku di A, B
(gambar 2.10).
Jika postulat sejajar Euclid diasumsikan, maka hipotesis
sudut siku-siku akan terjadi (karena postulat sejajar mengimplikasikan bahwa
jumlah sudut sebarang segi empat adalah 360°). Argumen dasar Saccheri sebagai
berikut:
“Tunjukkan bahwa hipotesis sudut
tumpul dan hipotesis sudut lancip keduanya membawa keadaan kontradiksi. Hal ini
akan membentuk hipotesis sudut siku-siku yang ekivalen dengan postulat sejajar
Euclid.”
Saccheri membuktikan menggunakan sederetan teorema yang
memiliki alasan yang tepat, bahwa hipotesis sudut tumpul akan menghasilkan
kontradiksi.
Beliau mempertimbangkan implikasi hipotesis sudut lancip. Di
antaranya ada sejumlah teorema yang tidak umum, dua di antaranya kita nyatakan
sebagai berikut:
· Jumlah sudut sebarang segitiga
kurang dari 180°.
· Jika l dan m merupakan dua garis
dalam bidang, maka salah satu dari sifat di bawah ini di penuhi:
a.
l
dan m berpotongan, dalam kasus di mana dua garis tersebut divergen dari titik perpotongan.
b.
l
dan m tidak berpotongan tetapi memiliki garis tegak lurus yang sama di mana dua garis tersebut divergen
dalam kedua arah dari garis tegak lurus yang sama tersebut.
l dan m tidak brpotongan dan tidak memiliki garis tegak lurus yang sama, di mana dua garis tersebut konvergen dalam satu arah langkah, dan divergen pada arah lainnya.
l dan m tidak brpotongan dan tidak memiliki garis tegak lurus yang sama, di mana dua garis tersebut konvergen dalam satu arah langkah, dan divergen pada arah lainnya.
Saccheri tidak memandang sebagai kontradiksi, meskipun beliau
pikir harus menganggap sebagai kontradiksi dan bahkan diketahui pada masa
sekarang bahwa teori hipotesis sudut lancip Saccheri bebas kontradikisi seperti
geometri Euclid. Saccheri membuktikan bahwa ∠C
= ∠D dan kemudian
mempertimbangkan tiga kemungkinan yang berhubungan dengan sudut C dan D :
1. Hipotesis tentang sudut siku-siku (∠C = ∠D = 90°)
1.
Hipotesis tentang sudut tumpul (∠C = ∠D > 90°)
2.
Hipotesis tentang sudut lancip (∠C = ∠D < 90°)
perkembangannya sangat menarik dibaca
ReplyDeleteEMI